Tidak berbeda dengan makanan, momen di sekitar kita yang
tidak pernah berubah dan sebagainya akan membuat seseorang akan merasa jenuh. Di
tempat kerja yang kurang bersahabat, kurangnya hiburan, serta keadaan-keadaan
yang tidak pernah berubah dalam waktu yang lama juga akan membuat seseorang
menjadi bosan. Sama halnya dengan pemberian hukuman pada anak yang berlebihan
akan membuat mereka merasa jenuh, bosan hingga akhirnya mengeluh dan akan
memberikan kesan yang membekas pada ingatannya yang sukar untuk dilupakan
hingga akan menimbulkan rasa dendam.
Hukuman adalah tindakan pemberian pendidikan kepada
anak didik karena telah melakukan suatu pelanggaran. Tujuan pemberian hukuman
ini diberikan agar anak didik tidak lagi mengulangi kesalahan atau pelanggaran
yang sama. Walaupun telah diperintahkan dalam agama, namun pemberian hukuman
ini haruslah tidak membuat si anak didik cedera atau berakibat fatal bagi
fisiknya. Seorang anak pastilah mempunyai karakter yang berbeda-beda. Nah, dari
karakter inilah harusnya kita harus mengetahui jenis hukuman apa yang pantas
diberikan. Dan tentunya hukuman yang mendidik. Pemberian hukuman dengan pukulan
adalah sesuatu yang tidak pantas diberikan kepada anak, namun langkah inilah
langkah yang terakhir yang harus diberikan kepada anak didik apabila pemberian
teguran, pemberian hukuman ringan tidak lagi membuat si anak berubah. Pemberian
hukuman kepada anak seharusnya bertahap. Mulai dari teguran, hukuman yang
ringan, sedang hingga hukuman yang berat. Berilah hukuman pada anak namun
jangan berlebihan.
Berbeda halnya dengan pemberian perhatian bagi anak.
Pemberian perhatian ini tentunya haruslah berlebihan. Ini jelas bertolak
belakang dengan pemberian hukuman. Jika seorang anak diberikan perhatian lebih
pada semua aspek kehidupannya, maka akan membuahkan hasil yang maksimal dan
akan melahirkan generasi bangsa yang cerdas dalam segala hal. Inilah yang
dimaksud dengan pendidikan dengan perhatian. Pemberian perhatian ini dapat
digolongkan ke dalam beberapa aspek, antara lain adalah :
v Perhatian dari segi agama dan kepercayaan. Mendidik
seorang anak harus dimulai dari segi agama. Mengapa demikian? Apabila pondasi
iman seorang anak telah matang, maka tidak ada lagi keraguan yang akan membuat
seorang anak akan terjerumus dalam hal yang dilarang oleh agama. Barulah
selanjutnya dengan pemberian perhatian dari segi yang lain;
v Perhatian dari segi mental anak dan kesehatannya.
Pendidikan ini dimaksudkan agar seorang anak tidak mudah terpengaruh terhadap
hal-hal yang bisa merusak mental serta kesehatannya. Mari kita melatih anak
didik menjadi pemberani, mempunyai rasa rendah diri, tidak mempunyai rasa
angkuh, dan sebagainya. Sama halnya dengan kesehatan. Kesehatan adalah hal
penunjang setelah pendidikan agama seorang anak. Biasakanlah seorang anak
mengkonsumsi makan sehat dan halal. Bila pendidikan dan kepercayaan anak serta
kesehatannya baik maka langkah selanjutnya adalah memberikan perhatian dari
segi sosial anak;
v Perhatian dari segi sosial. Bagaimana manusia bisa
hidup tanpa orang lain? Maka jawabannya adalah mustahil. Manusia adalah makhluk
sosial yang selalu bergantung pada orang lain. Kita akan selalu meminta bantuan
orang lain apabila ada hal yang tidak mampu kita kerjakan sendiri. Ini adalah
contoh kecil bahwa manusia pasti membutuhkan orang lain untuk mempertahankan
hidupnya. Itulah sebabnya seorang anak haruslah diberikan pendidikan dari
segi sosial. Bagaimana cara bergaul yang
baik, tidak meremahkan orang lain, serta pendidikan selalu ingin dan rela
membantu orang lain tanpa imbalan. Seorang anak yang pandai bergaul akan
membuat si anak tersebut bisa mendapatkan sahabat yang banyak. Seperti kata
kalimat “Banyak teman banyak rejeki”
Sebagai kesimpulan dari tulisan ini, marilah kita
memberikan pendidikan kepada anak dengan perhatian yang lebih dari segala aspek
kehidupan seorang anak. Namun jangan memberikan pendidikan dengan hukuman yang
berlebihan. Semoga kita semua bisa melahirkan generasi bangsa yang cerdas dari segi
imtaq dan iptek sehingga bisa bersaing dengan Negara-negara maju di dunia.