PENDIDIKAN YANG MENCERAHKAN
Pendidikan adalah merupakan hal yang
wajib bagi seluruh umat manusia. Pendidikan akan membawa kesejahteraan hidup. Pendidikan
rakyat yang tinggi akan membawa Negara kita maju dan mampu bersaing dengan
Negara-Negara lain di dunia. Oleh sebab itu diperlukan adanya peningkatan
pendidikan yang merata. Hal utama dalam peningkatan pendidikan adalah
Pendidikan yang mencerahkan. Pendidikan yang mencerahkan dimulai dari guru dan
orang tua. pendidikan harus berlandaskan pada tiga jenis kecerdasan, yaitu
kecerdasan akal, emosi dan spiritual. Guru yang memiliki ketiga jenis
kecerdasan ini adalah pendidik yang telah mengalami pencerahan, yang akan
mencerahkan anak didiknya dengan cara menggali potensi-potensi hebat mereka,
menimbulkan kemauan mereka dengan melangsungkan proses belajar yang menarik,
menghibur dan menyenangkan “Tanpa Kekerasan”
Guru hadir sebagai agen perubahan
dan rekonsiliasi yang kreatif mempraktekkan hidup damai dalam kebhinekaan di
masyarakat. Guru hendaknya tidak saja menjadi pengajar atau teacher, namun juga berperan
sebagai pembelajar, learner.
Ia tidak hanya pandai dalam ilmu pengetahuan, smart
teacher, dan sukses membangun perilaku, success
learner, namun juga harus memberikan pencerahan jiwa, delight learner. Pendidikan
semacam inilah kiranya yang akan mampu membebaskan dari kemiskinan berpikir dan
pembodohan perilaku atau disebut pendidikan yang mencerahkan.
Proses belajar mengajar yang
mencerahkan ini akan menjadi wahana penemuan diri, menjadi proses identifikasi
diri dan pemecahan masalah yang dihadapi anak didik, baik itu masalah materi
pelajaran maupun kehidupan pribadi mereka. Pendidikan yang mencerahkan adalah pendidikan
yang memberikan anak didik hak-hak belajar mereka. Bukan semata transfer ilmu
pengetahuan, tetapi juga disertai keteladanan dari sang guru yang disaksikan
dan dialami langsung oleh anak didik baik di kelas maupun di ruang publik.
Mengapa mesti belajar hingga yang
sulitnya bikin pusing kepala? Tanpa belajar dan berlatih secara terus menerus maka
seseorang tidak akan mencapai suatu tujuan pendidikan dengan maksimal. Oleh
sebab itu, belajar tidak terlepas dari kemauan yang tinggi, jangan mudah
menyerah, serta konsisten yang kuat dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Seorang
Thomas Alfa Edison akhirnya bisa menemukan satu bahan yang cocok untuk membuat
bohlam pada percobaannya yang ke-1000. Jangan terlalu mudah untuk menyerah
dalam belajar. Dalam hal ini, tugas
guru adalah memberikan support, memandu, bukan mendikte, menunjukkan bukan
membawa. Bagaimana bisa murid tidak menyontek, kalau guru masih mengajar dengan
sistem menghafal? Tentu mereka akan memilih meng-copy paste jawaban dari buku biar dapat nilai
bagus. Bagaimana murid tidak suka bolos, malas datang ke sekolah, jika gurunya
hanya sibuk dengan urusan-urusan pribadi di luar sekolah? Guru harus tetap
hadir di dalam kelas pada saat pelajaran sedang berlangsung. Dari pengalaman
saya di kelas bahwa siswa akan menunggu gurunya yang tidak hadir apabila mereka
selalu merasa di sayangi dan membutuhkan nasehat-nasehat dari guru. Siswa akan
malas ke sekolah apabila guru selalu memberikan tugas sampai puluhan nomor
kemudian tidak diperiksa. Di samping itu siswa akan merasa bosan, malas dengan
berbagai macam alas an apabila seorang guru selalu menakut-nakuti siswanya. Bagaimana
bisa murid suka membaca, jika guru tidak memperkenalkan indahnya buku, juga tak
pernah mendongengi murid dengan menarik? Bagaimana murid bisa berkembang jika
berpikir atau berkata sedikit saja sudah dianggap “di luar batas” dan guru langsung mencapnya sebagai anak nakal?
Oleh sebab itu pendidikan yang
mencerahkan adalah dimulai dari guru dan orang tua. Orang tua haruslah menjalin
kerjasama yang baik dengan lembaga-lembaga pendidikan, memberi contoh yang baik
bagi anaknya, begitu juga Seorang guru haruslah pandai-pandai menciptakan
suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkang. Proses pembelajaran bukan
hanya di dalam kelas namun juga bisa di luar kelas. Sebagai contoh Mengunjungi
suatu museum, tempat-tempat bersejarah di dalam daerah adalah merupakan salah
satu proses pendidikan yang mencerahkan.
Yang terakhir adalah pendidikan yang mendalam tentang agama dan
keyakinan merupakan syarat utama dalam menciptakan pendidikan yang mencerahkan.
Sebagai penutup, penulis kutipkan
beberapa kalimat penting dari prof. Slamet Iman Santoso yang patut kita
renungkan (Santoso, 1987)
Kalau
manusianya baik, maka barang yang rusak akan diperbaiki. Kalau orangnya rusak,
maka barang yang baik akan dirusak, sesuai denga seleranya yang rusak.
Orang
pintar dalam menghadapi soal “ruwet-bundhet”, dapat menemukan jalan keluar yang
sederhana. Orang bodoh, dalam menghadapi soal sederhana, meyebabkan soalnya
menjadi “ruwet-bundhet”